MAKALAH
HISTOLOGI
PEMBUATAN
PREPARAT JARINGAN HISTOLOGI
DI
SUSUN OLEH
KELOMPOK
1
1.
AHMAD
SYAIFUDIN (12222005)
2.
DESI
RATNA SARI (12222023)
3.
FITRI
ASTRIAWATI (12222038)
DOSEN
PEMBIMBING
FITRATUL
AINI, M.Si
JURUSAN
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Histologi
merupakan ilmu yang
mempelajari tentang struktur jaringan secara detail
menggunakan mikroskop pada sediaan
jaringan yang dipotong tipis, salah satu dari cabang-cabang
biologi. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis.
Histologi amat berguna dalam mempelajari
fungsi fisiologi sel-sel dalam tubuh,
baik manusia, hewan, serta tumbuhan, dan dalam
bentuk histopatologi ia berguna
dalam penegakan diagnosis penyakit yang melibatkan perubahan fungsi fisiologi
dan deformasi organ. Sebagai contoh, di bidang kedokteran, kehadiran tumor memerlukan
hasil pemeriksaan contoh (sampel) jaringan. Di bidang pertanian, pemeriksaan
kondisi jaringan
pengangkut dapat mendukung diagnosis serangan hawar daun tembakau.
Dalam mempelajari ilmu histology
terdapat sediaan atau preparat, yang dalam pembuatannya disebut mikroteknik.
Pembuatan sediaan jaringan tersebut dilakukan melalui beberapa tahapan seperti
fiksasi, pemendaman dan pemotongan kemudian pemulasan atau pewarnaan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah cara pembuatan
preparat/sediaan jaringan histology ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
HISTOLOGI
Histologi merupakan
ilmu yang memepelajari tentang jaringan tubuh dan cara jaringan ini menyusun
organ-organ. Akar kata Yunani histo dapat di terjemahkan sebagai ‘jaringan’
atau ‘jaring’ karena kebanyakan jaringan merupakan jarring filamen dan serat
yang saling terjalin, baik selular maupun non selular, dengan lapisan membranosa.
Jaringan dibentuk oleh
dua komponen yang saling berinteraksi yaitu sel dan matriks ekstrasel. Matriks
ekstrasel terdiri atas banyak jenis molekul, dan kebanyakan diantaranya sangat
rumit dan membentuk struktur kompleks, seperti serabut dan membrane basal.
Fungsi matriks ekstrasel ini adalah sebagai penunjang mekanis bagi sel-sel,
mengangkut nutrient ke sel-sel, dan membawa katabolit dan produk sekresi.
Walaupun menghasilkan matriks ekstrasel, sel tersebut di pengaruhi dan kadang
di atur oleh molekul-molekul matriks. Sehingga terdapat semacam interaksi intensif
antara sel-sel dan matriks.
Setiap jaringan
dibentuk oleh beberapa jenis sel dan secara khas oleh asosiasi sel dan matriks
ekstrasel yang spesifik. Asosiasi yang khas ini akan mempermudah pengenalan
sejumlah besar subtype jaringan. Kebanyakan organ dibentuk oleh kombinasi
beberapa jenis jaringan, kecuali susunan saraf pusat, yang hampir seluruhnya
terdiri atas jaringan saraf. Kombinasi yang tepat dari jaringan-jaringan
tersebut memungkinkan berfungsinya setiap organ dan organisme secara
keseluruhan.
Ukuran sel dan
matriksnya yang kecil menyebabkan histology bergantung pada penggunaan
mikroskop. Kemajuan di bidang kima, biologi molecular, fisiologi, imunologi dan
patologi serta interaksi di antara bidang-bidang tersebut sangat penting untuk
memperoleh pengetahuan yang lebih baik dibidang bilogi jaringan. Pembiasaan
dengan alat dan metode setiap cabang ilmu sangat penting untuk memahami topic
pembelajaran dengan baik, sehingga makalah ini akan membahas beberapa metode
yang di pakai dalam mempelajari sel dan jaringan.
B.
PEMBUATAN
SEDIAAN JARINGAN
Pekerjaan
membuat jaringan hingga siap untuk di amati di sebut histoteknik atau
mikroteknik. Prosedur yang paling sering digunakan dalam mempelajari jaringan
persiapan sediaan histology atau irisan jaringan yang dapat dipelajari dengan
bantuan mikroskop cahaya. Dengan mikroskop cahaya, jaringan diamati melalui
berkas cahaya yang menembus jaringan. Karena organ dan jaringan biasanya
terlalu tebal untuk ditembus cahaya, jaringan tersebut harus diiris menjadi
lembaran-lembaran tipis yang translusen dan kemudian dilekatkan di atas kaca
objek sebelum jaringan tersebut dapat diperiksa.
Sediaan
jaringan (preparat) mikroskopik yang ideal harus dibuat sedemikian rupa sehingga
jaringan pada sediaan tersebut tetap memiliki struktur dan komposisi molekul
yang sama seperti di tubuh. Akan tetapi pada praktiknya, hal ini jarang dapat
dilakukan dan hampir selalu ada artefak , distorsi, dan hilangnya komponen-komponen
akibat proses persiapannya. Berikut tahapan-tahapan dasar yang diterapkan pada
pembuatan preparat (sediaan) jaringan histology:
1.
Fiksasi
Jika
preparat yang permanen dikehendakai, jaringan harus difiksasi. Untuk
menghindari jaringan pencernaan jaringan oleh enzim di dalam sel atau oleh
bakteri dan untuk mempertahankan struktur dan komponen molekul, potongan organ
harus diolah dengan tepat, sebelum atau secepat mungkin setelah organ diangkat
dari tubuh hewan. Fiksasi dapat dilakukan secara kimiawi atau dengan cara
fisika. Pada fiksasi kimiawi, jaringan biasanya direndam dalam larutan yang
menstabilkan atau dalam bahan pengikat yang disebut bahan fiksasi. Karena bahan
fiksasi memerlukan waktu untuk meresap sepenuhnya kedalam jaringan, jaringan
tersebut biasanya dipotong menjadi fragmen kecil sebelum difiksasi untuk
mempermudah pnetrasi bahan fiksasi dan untuk menjamin pengawetan jaringan.
Salah
satu bahan fiksasi terbaik untuk pemeriksaan mikroskop cahaya rutin adalah
larutan dapar isotonic dari formaldehid 37%. Formaldehida dan glutaradelhida,
yaitu bahan fiksasi lain yang banyak di pakai, diketahui bereaksi dengan gugus
amina protein jaringan. Pada glutaradelhida, kerja fiksasinya diperkuat karena
zat ini merupakan dialdehida yang dapat membentuk ikatan-silang antarprotein.
2.
Pemendaman
dan Pemotongan
Jaringan
umumnya dipendam dalam medium padat untuk memudahkan pemotongan. Untuk
memperoleh sediaan yang tipis dengan
mikrotom, jaringan harus di infiltrasi sesudah fiksasi dengan substansi
pemendam yang member sifat padat pada jaringan. Bahan pemendaman meliputi
paraffin, dan dammar plastik. Paraffin digunakan secara rutin untuk mikroskop
cahaya, dammar digunakan baik pada mikroskop cahaya maupun electron.
Proses
pemendaman atau impregnasi jaringan biasanya didahului oleh dua tahap utama
yaitu pengeringan (dehydration) dan penjernihan (clearing). Air
mula-mula dihilangkan dari potongan jaringan yang ingin di pendam dengan cara
merendamnya berturut-turut secara bertahap dalam larutan etanol dan air,
biasanya dari etanol 70% sampai 100% (pengeringan). Etanol kemudian digantikan
dengan larutan yang dapat bercampur dengan alcohol dan media pemendaman.
Sewaktu jaringan di infiltrasi oleh pelarut, jaringan biasanya menjadi jernih
(transparan). Setelah jaringan tersebut dipenuhi oleh larutan, jaringan
dimasukkan dalam paraffin cair di dalam oven, pada suhu 52-60
. Panas akan menguapkan pelarut dalam
jaringan dan celah jaringan yang ditinggalkan akan diisi dengan paraffin.
Setelah dikeluarkan dari oven, potongan jaringan dengan paraffin didalamnya
akan menjadi keras.
Blok
keras yang berisi jaringan kemudian diletakkan pada suatu alat disebut mikrotom dan di iris dengan pisau baja atau
pisau kaca mikrotom menjadi potongan setebal 1-10
satuan jarak lain yang umum digunakan dalam
histology adalah nanometer dan angstrom. Lembaran jaringan diapungkan diatas
air dan dipindahkan keatas kaca objek untuk dipulas.
3.
Pemulasan
Agar
dapat dipelajari dibawah mikroskop, sediaan biasanya harus dipulas atau
diwarnai karena kebanyakan jaringan tidak berwarna. Oleh sebab itu, sejumlah
metode pemulasan jaringan telah dirancang agar berbagai unsure jaringan jelas
terlihat dan dapat dibedakan satu dengan yang lain. Kebanyakan pewarna ini
bersifat sebagai senyawa asam atau basa dan cenderung membentuk ikatan elektrostatik
(garam) dengan radikal yang dapat terionisasi di jaringan. Komponen jaringan
dengan muatan netto negative (anionic) lebih mudah di pulas dengan pewarna basa
yang disebut basofilik, sedangkan
komponen kationik, seperti protein dengan banyak gugus amino yang terionisasi,
memiliki afinitas untuk pewarna asam dan disebut asidofilik.
Contoh
pewarna basa adalah biru toluidin, biru alcian dan biru metilen. Hematoksilin
bekerja seperti pewarna basa, artinya zat ini memulas komponen basofilik
jaringan. Komponen jaringan utama yang mengionisasi dan bereaksi dengan pewarna
basa akan mengikat zat basa karena adanya asam dalam komposisi jaringan tersebut.
Contoh
pewarna asam misalnya G jingga (orange G),
eosin dan asam fukhsin memulas komponen asidofilik jaringan seperti
mitokondria, granula skretoris, dan kolagen.
Dari
semua pewarna, kombinasi hematoksilin
dan eosin (H&E) yang paling banyak dipakai. Hematoksilin memulas DNA
intisel dan struktur asam lainnya di sel (seperti bagian sitoplasma yang
kaya-RNA dan matriks tulang rawan) menjadi biru. Sebaliknya, eosin memulas
sitoplasma dan kolagen menjadi merah muda. Selain terdapat banyak pewarna
lainnya misalnya trikom yang
berfungsi menampakan inti dan sitoplasma dengan jelas serta membantu membedakan komponen jaringan
ekstrasel daripada H&E.
Dasar
kimiawi untuk prosedur pemulasan lainnya lebih sulit dari pada interaksi
elektrostatik yang mendasari basofilia dan asidofilia. DNA secara spesifik
dapat diidentifikasikan dan dikuantifikasi dalam inti sel dengan menggunakan
reaksi feulgen, pada reaksi ini, gula deoksiribosa dihidrolisis oleh asam
hidroklorat lemah, yang diikuti dengan pengolahan dengan reagen asam periodat dan schiff (PAS). Teknik PAS
didasarkan pada transformasi gugus 1,2-glikol yang terdapat
dalam gula menjadi residu aldehid, yang lalu bereaksi dengan reagen Schiff
untuk menghasilkan warna magenta atau ungu.
Polisakarida
membentuk suatu kelompok yang sangat heterogen di jaringan dan terdapat baik
dalam bentuk bebas atau kombinasi dengan protein dan lipid. Karena kandungan
gula heksosnya, sejumlah besar polisakarida juga dapat diperlihatkan dengan
reaksi PAS. Polisakarida bebas yang berlimpah disel hewan merupakan glikogen, yang dapat diperlihatkan oleh
PAS di hati, otot lurik, dan jaringan lain yang menimbunnya.
Rantai
gula bercabang pendek melekat pada asam amino glikoprotein sehingga kebanyakan
glikoprotein terpulas positif oleh PAS. Glikosaminoglikan
(GAG) merupakan polisakarida anionic yang berantai panjang dan tidak bercabang
dan mengandung gula teraminasi. Banyak glikosaminoglikan yang disintesis ketika
melekat pada inti protein dan membentuk suatu golongan makromolekul yang
disebut proetoglikan, yang menjadi
bahan penting matriks ekstra sel (ECM) ketika disekresi.
Material
basofilik atau yang terpulas positif dengan PAS selanjutnya dapat
diidentifikasi oleh pengolahan awal sediaan jaringan melalui pencernaan enzim
dengan suatu enzim yang secara spesifik mencerna suatu substra, dan membiarkan
bagian lainnya yang berdekatan. Pada banyak prosedur, struktur tertentu seperti
inti sel menjadi terlabel, tetapi bagian sel lain sering tidak tampak. Dalam
hal ini, pulasan balik
(counterstain) digunakan untuk memberikan informasi tambahan. Pemulas balik
biasanya adalah pewarna tunggal yang diberikan pada suatu sediaan dengan metode
lain untuk mempermudah pengenalan inti atau struktur lain.
Struktur
yang kaya akan lipid paling baik diperlihatkan dengan zat pewarna yang
larut-lipid untuk menghindari langkah persiapan seperti pengolahan dengan
panas, xylene, paraffin, yang dapat membuang lipid. Sediaan beku dipulas dalam
larutan alcohol yang tersaturasi dengan suatu pewarna lipofilik seperti sudan
black. Zat warna larut dalam dropet lipid sel dan struktur lain yang kaya
lipid, yang menjadi terpulas hitam.
Metode
khusus untuk menemukan kolesterol, fosfolipid, dan glikolipid bermanfaat pada
diagnosis penyakit metabolic dengan terjadinya akumulasi barbagai jenis lipid
didalam sel. Selain pemulasan jaringan dengan pewarna, teknik impregnasi logam
yang biasanya menggunakan garam perak merupakan metode yang umum dalam
memperlihatkan serat matriks ekstrasel tertentu dan element sel spesifik di
jaringan saraf.
Lama
keseluruhan prosedur, mulai dari saat fiksasi sampai pengamatan jaringan di
bawah mikroskop cahaya dapat memerlukan waktu dari 12 jam 2,5 hari, yang
bergantung pada ukuran jaringan, bahan fiksasi, media pemendaman dan metode
pemulasan. Langakah terakhir sebelum pengamatan adalah melekatkan kaca penutup
pada kaca objek dengan media perekat.
C.
MASALAH
PADA PENGKAJIAN SEDIAAN JARINGAN
Hal
penting yang perlu di ingat selama mempelajari dan menginterpretasi sediaan
jaringan yang terpulas dibawah mikroskop adalah bahwa sediaan mikroskop
merupakan hasil akhir dari sederetan proses yang berawal dengan pengumpulan
jaringan dan berakhir dengan penempatan kaca penutup pada kaca objek. Beberapa
tahapan prosedur ini dapat mengubah bentuk jaringan, dan menghasilkan kelainan
struktur ringan yang disebut artifak. Struktur yang terlihat secara mikroskopis
dapat berbeda dengan struktur yang dijumpai saat struktur tersebut masih hidup.
Salah
satu distorsi tersebut adalah pengerutan yang ditimbulkan oleh bahan fiksasi,
oleh etanol, dan panas yang diperlukan untuk pemendaman paraffin. Akibat
pengerutan adalah timbulnya ruang artifisial di antara sel-sel dan unsure
jaringan lain. Penyebab lain timbulnya ruang artificial adalah hilangnya
molekul, seperti lipid, glikogen atau zat dengan berat molekul rendah, yang
tidak cukup kuat ditahan dalam jaringan oleh bahan fiksasi atau terbuang
bersama cairan saat proses pengeringan atau penjernihan. Patahan ringan pada
sediaan juga terlihat sebagai ruang besar di jaringan.
Artifak
lain dapat meliputi pengeriputan sediaan yang terkadang di salah artikan
sebagai struktur linear seperti kapiler darah, kemudian endapan pemulas yang
dapat dikacaukan dengan struktur sel seperti granula sitoplasma.
Sehingga
bila sebuah jaringan tiga-dimensi diiris dengan sediaan yang sangat tipis,
sediaan tersebut tampaknya hanya memiliki dua dimensi; panjang dan lebar.
Ketika memeriksa suatu sediaan di bawah mikroskop, harus selalu di ingat bahwa
sesuatu dapat hilang didepan atau dibelakang sediaan tersebut karena banyak
struktur jaringan yang lebih tebal daripada sediaan tersebut. Struktur bundar
yang terlihat secara mikroskopis dapat berupa irisan melalui struktur sferis
atau silinder dan saluran dengan irisan melintang terlihat seperti cincin,
selain itu struktur dalam suatu jaringan memiliki orientasi yang berbeda-beda,
gambaran dua dimensinya akan bervariasi, yang bergantung pada bidang irisan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat
diambil dari makalah pembuatan preparat jaringan histology adalah sebagai
berikut:
1. Histologi
merupakan ilmu yang memepelajari tentang jaringan tubuh dan cara jaringan ini
menyusun organ-organ.
2. Jaringan
dibentuk oleh dua komponen yang saling berinteraksi yaitu sel dan matriks
ekstrasel yang berukuran mikroskopis, sehingga dalam pengamatannya diperlukan
mikroskop.
3. Sebelum
melakukan pengkajian, diperlukan adanya sediaan jaringan, yang cara
pembuatannya disebut histoteknik.
4. Tahapan
dalam pembuaatan sediann jaringan adalah fiksasi, pemendaman dan pemotongan,
pemulasan dan berakhir dengan penempatan
kaca penutup pada kaca objek.
DAFTAR
PUSTAKA
George
H. Fried, Ph.D., dkk. 2006. Biologi. Erlangga.
Jakarta.
Mescher, Anthony L. 2012. Histologi Dasar. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar